BUPATI HEBAT

Foto Usman Hasan
Syahrudin Douw yang populer disapa "Etal" si pengacara muda yang sekaligus Ketua Jatam nelpon saya.
" Bapak harus hadir dalam kegiatan desiminasi publik dan seminar Reforma Agraria (RA)."

Saya menanggapi dengan kurang semangat. Sejak kongres Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) di Garut (2003), saya ndak perna lagi ikut kegiatan KPA, walau selalu ada undangan resmi. Di Medan, Bogor, Jakatra dan terakhir di Makassar (bulan November 2016) saya ndak menghadiri, biarlah mereka muda-muda yang ikut agar mereka bisa paham dan jadi pengiat RA. Begitu saya pikir.

Si penelepon coba meyakinkan, di bilang begini : ini Bupati yang menginisiatif kegiatan. Dia memelopori RA di Sigi. Saya jadi tertarik. '' Ok, saya akan hadir. Besok berangkat."
Tadinya kurang bersemangat, terbalik, jadi bergairah dan menggebu-gebu.Pikir saya, baru saya dengar di Indonesia, seorang Bupati hendak mengagas dan komitmen melaksanakan RA.

Padahal kita kan paham, RA yang jadi amanat UU Pokok Agraia 1960 yang dipersiapkan selama 12 tahun  dan 5 kali berganti panitia jalan tersendat-sendat. Sewaktu pergantian rezim Orla ke Orba, bukan hanya tersendat-sendat, tapi saya sebut " dibuang Kelaut." Bahkan orang yang membahas RA disebut sisa-sisa komunis. Nah, kalau itu lebih baik disebut perampok dan begal ketimbang disebut sisa-sisa PKI. Rakyat jadi takut membicarakan RA..Kemudian rezim Orde Reformasi pun sama saja. Melihat miring RA.
Walau pemerintahan SBY mengagas RA (12 juta hektar), namun pelaksanaan ndak jelas, entah gimana nasibnya. Nanti pemerintahan Jokowi masuk dalam Nawa Cita. Namun saya masih tetap pesimis. Apa bisa, apa lancar,. Ya kita liat saja. Kepesimisan saya tentu tidak mengganggu kerja RA yang katanya sekarang sementara berjalan.

Tentu bukan saya saja yang berdecak kagum. Semua pemateri dari 4 departemen, KSP ( Kepala Staf Persiden) dan KPA menyatakan kekagumannya. Dari BPN menyatakan Bupati luar biasa, telah membuka pintu lebar-lebar, agenda RA masuk RPMJ, kita-kita ini tinggal masuk membantu. Ada yang menyebut "Bupati hebat"  yang pernyataan itu saya pakai sebagai judul tulisan ini. Peserta dari Jawa, Sumatra dan Kalimantan (Penggiat Reforma Agraria) menyebut Bupati Sigi Agraria , Bupati "Gila."

Saya berhaharap semoga Bupati Tolitoli dapat mengikuti jejak Bupati Sigi yang progresif. Melaksanakan RA. Ketimbang lebih banyak jalan-jalan keluar daerah dan keluar negeri, masih lebih hebat kalau fokus mengurusi kesejateraan rakyat. Apa hubungan RA dengan kesejateraan rakyat. Tentu ada, sebab sebuah kemustahilan ketia kita mendambakan kesejateraan rakyat (petani) kemudian penguasaan tanah timpang. Apalagi kalau rakyat (petani) hanya memiliki tanah sempit, ditambah miskin teknologi, miskin pengetahuan dan modal. Harapan kesejateraan rakyat (petani) akan semakin jauh di awan-awan.***

Posting Komentar

0 Komentar